Saturday, May 29, 2010

Lagu-nya Aslyn...

On Same Time Connection (STC)

Laptop berbunyi tring...
Saya : Hoo,, apaan nih?! (dalam hati)
Annie : Lyd, dengerin lagunya deh..
Saya : (melihat file transferan dari STC Annie yang ternyata sebuah lagu : Aslyn - That's When I Love You)
Annie : Lagunya Aslyn, Lyd
Saya : Iya Nie, lagi gw dengerin

(dan ternyata easy listening sekali)

Saya : Bagus banget, Nie
Annie : Iya Lyd
Saya : Lagu baru yah?
Annie : Kayaknya gak, lagu lama, Lyd. Liriknya juga bagus,Lyd. Hehhee
Saya : Iya Nie.. bagus,, enak lagunya :-)
Annie : Hehee.. iya Lyd,, nanti klo kawinan gw, lo mainin pianonya yaah..
Saya : hahaha,, Amiin..

Wednesday, May 26, 2010

Horeeee.... v(^o^)v

Guru piano baik hati : Lydia, kamu sekolah kelas berapa?
Saya : (Terherah-heran) Gak sekolah koq, Bu
Guru piano baik hati : oh,, kuliah ya? Dimana kuliahnya?
Saya : (Makin heran) Gak kuliah koq, Bu
Guru piano baik hati : (Terheran-heran)
Saya : Aku kerja, Bu… Hahahhaa..
Guru piano baik hati : Hahahhahaa..
Saya : (tersenyum-senyum,, dan berpikir,, “Yes,, tampang gw masih standar anak sekolahan!! Horeeeee!!”

Monday, May 24, 2010

Staccato

Staccato

( Dedicated to my bro who was still looking for his Siti :D )

a Pianissimo’s

“M.U.F.T.I” seorang gadis mengeja sebuah nama yang tertulis di papan Braille itu. Huruf Braille itu diraba satu per satu.
,,Iya, namanya Mufti Ramandha, Sha” ucap Ira memberikan jawaban dari teka-tekinya.
,,Hore, berarti aku berhasil menebak teka-teki ini, Ra!” seru Aisha, gadis berusia 23 tahun yang mengalami kebutaan sejak usianya 5 tahun karena kecelakaan.
,,Iya, beib. Kamu senang, Sha?” tanya Ira, sahabat Aisha dari kecil yang memberikan permainan Braille itu.
,,Seneng banget, Ra! Kamu dapet darimana nama aslinya, Ra?” tanya Aisha penasaran dan menampakkan keceriaan pada raut wajahnya.
,,Ada deh!! Hahaha,” canda Ira.
,,Ayolaah, Ra. Kasih tau ke aku. Please,” pinta Aisha sambil menggelitiki pinggang sahabatnya itu.
,,Wuaaaaa,, iya,iya, aku certain, tapi lepasin dulu kelitikanmu, Sha. Geeliii!!,” teriak Ira.
,,Haha, iya” sahut Aisha yang segera melepaskan tangannya dari kelitikan.

Kemudian Ira bercerita bahwa ia menemukan nama asli dari pujangga muda itu dari seorang teman yang bekerja di salah satu perusahaan penerbit terbesar di Indonesia. Selama sebulan Ira menanti kabar dari temannya itu dan akhirnya nama asli sang pujangga itu pun diketahui. Pria itu memakai nama pena “Imam Al-Hakim” di berbagai karya tulisnya di dalam blog, begitupula di dalam cerpen dan novelnya.
Aisha menyimak cerita sahabatnya dengan seksama. Bibir merahnya kian merekah. Ia bertanya-tanya, kiranya seperti apa rupa dari pria itu.

,,Sha, aku udah add Facebook dan Twitter-nya lho!” seru Ira.
,,Oh ya, Ra? Waah, terima kasih banyak, sobat. Tapi sayang, aku gak bisa lihat rupanya” ujar Aisha pelan.
,,Tenang aja, Sha, nanti aku ceritain gimana dia dan bacain kamu karya-karyanya lagi”

Aisha mengangguk pelan dan kembali tersenyum. Ia sudah cukup lama mengalami kebutaan. Kini ia tinggal bersama kakeknya di Bandung. Orang tuanya meninggal saat kecelakaan itu. Untuk meringankan beban kakeknya, ia bekerja di sebuah sanggar musik sebagai guru biola. Penghasilannya per bulan cukup untuk membiayai kebutuhan sehari-hari ia dan kakeknya. Gadis berjilbab itu tidak ingin bergantung pada uang pensiun kakeknya. Oleh karena itu, ia belajar mandiri mencari nafkah dan menabung sedikit demi sedikit untuk melakukan operasi kornea.

***

Ya Allah, sebentar lagi aku akan menikah.Aku akan mengucapkan janjiku di hadapan-Mu dan para malaikat-Mu. Jika memang ia jodohku, persatukanlah dan sampaikanlah kami dalam ikatan suci.Berikan ketenangan pada hatiku, Ya Rabb.

Doa itu selalu menjadi bagian terakhir di kalimat doa penutup sholatnya dalam sebulan belakangan ini. Seorang pemuda berusia 28 tahun yang sedang menyelesaikan program beasiswa Doktornya di Universitas Negeri Moskwa M.V. Lomonosov, Rusia ini telah menjalani proses ta’aruf dengan seorang wanita di tanah airnya. Sudah lama ia menantikan seorang pendamping dan sudah beberapa kali pula ia menjalani ta’aruf namun berujung pada kegagalan. Alasan utama para wanita adalah keengganan meninggalkan tanah air dalam waktu yang cukup lama untuk menetap di Rusia bersamanya. Kini, persiapan pernikahan benar-benar ada dan telah dilakukan keluarganya dan keluarga calon pengantinnya sejak sebulan yang lalu. Ia sangat menantikan hari dimana nanti ia mengucapkan ijab qabul yang akan disaksikan Allah SWT dan para malaikat-Nya.

,,Assalamualaikum, De’ Citra ,” salam pria itu.
,,Waalaikumsalam, A’ Mufti,” jawab wanita itu pelan.
,,Maaf De’, mengganggu, bagaimana persiapan pernikahan kita?”
,,Alhamdulillah lancar, A’, hmm baru pesen undangan dan kebaya pernikahan kita”
,,Alhamdulillah, gitu yah? Maaf yah De’, Aa gak bisa bantu.”
,,Iya, gapapa A’, ade ngerti koq,”
,,Makasih yah, De’. Hmmm De’, Aku……”
,,Ada apa, A’?”
,,Hmm,, gak jadi, hehe, ya sudah De’, terima kasih infonya yah”
,,Iya, A’, jaga diri di sana yah”
,,Iya, De’. Assalamualaikum”
,,Wa’alaikumsalam wr.wb”

“Ah, tidak boleh aku mengeluarkan kata-kata rindu itu. Itu hanya akan merusak hatiku! Walau ia calonku, aku gak boleh mengganggu hatinya dulu. Astagfirullahaladzim,” ucap Mufti dalam hati.

Ia memang merasakan getaran itu ketika ia menelpon calon istrinya itu dan tak sanggup ia bendung rasa rindu pada seorang wanita yang hampir mendekati sempurna itu. Cantik, pintar, kaya, dan memiliki pengetahuan Islam yang baik.
Untuk membendung rasa rindunya, ia kembali melakukan sholat dan mengaji. Ia berpikir bahwa sebentar lagi ia akan menjadi seorang imam dalam kehidupan rumah tangganya kelak. Selain itu, cara lain yang dilakukannya adalah menulis kehidupan di blog miliknya sebagai seorang imam juga, Imam Al-Hakim.

***

,,Wah, Subhanallah Sha, tau gak? Ternyata kak Mufti sebentar sebulan lagi bakalan dapet gelar Doktor-nya. Keren!” seru Ira menceritakan apa yang ditulis pria itu dalam blognya.
,,Alhamdulillah, ikut senang, Ra! Berarti sebentar lagi ada kemungkinan dia balik ke Indonesia yah, Ra?” tanya Aisha.
,,Bener banget, Sha. Di sini tertulis kalau dia akan menjalankan rencananya di Indonesia. Wuaahh.. “
,,Oh ya? Andai aku bisa bertemu dengan inspiratorku itu yah, Ra”
,,Hmm, Amin, semoga saja, sahabatku”
Aisha tersenyum mendengar doa Ira. Ia melanjutkaan permainan biolanya dan memainkan lagu “It might be you” dari Stephen Bishop. Fans berat di sebelahnya mulai mengeluarkan suara mengiringi permainan biolanya. Aisha tersenyum lebar mendengar suara sobatnya itu. Seminggu lagi, ia akan melakukan job sebagai pemain biola di acara pernikahan. Oleh karena itu, ia menghafalkan nada-nada lagu yang terukir dalam buku Braille-nya.

Sudah sejak SMA, ia mengagumi sang pujangga. Kehidupannya lebih berwarna semenjak ia membaca cerpen dan catatan kehidupan sehari-hari Imam Al-Hakim. Kisah-kisah yang membawa inspirasi dan catatan hariannya yang lucu telah membawa Aisha hanyut dalam perasaannya, ia jatuh cinta. Namun ia sadar, pertemuan dengan pria idamannya itu hanyalah impian belaka. Aisha tidak dapat membaca blog itu sesuka hatinya karena ia harus menungggu sahabatnya, Ira, yang selalu setia membacakan cerita-cerita di blog itu.

***

Sebulan kemudian, Mufti lulus dengan nilai terbaik. Para professor dan teman-teman memuji disertasinya. Hari itu menjadi hari bahagianya, tak percuma ia belajar dengan tekun di Rusia. Kini gelar Doktor berada di depan nama panjangnya.
Berbeda dengan Aisha, hari itu merupakan hari buruknya, kecewa dan terguncang yang kini ia rasakan. Beberapa menit yang lalu, ia mendapat telpon dari seorang wanita paruh baya untuk tampil memainkan biola di acara pernikahan seorang yang ia kagumi, Mufti Ramandha. Ia tidak menyangka pertemuan pertamanya dengan sang pujangga merupakan hari dimana ia akan mengubur mimpi dan asanya. Ira kehabisan kata untuk menghentikan tangis sahabatnya itu. Akhirnya satu-satunya cara yang ia miliki adalah mendoakannya.

***

,,Assalamualaikum, A’,” suara wanita itu terdengar kecil dari handphone Mufti namun cukup mengejutkannya karena saat itu ia sedang membaca novel terbaru yang baru ia beli dari toko buku di kota Tula. Ia juga tidak menyangka bahwa calon istrinya akan menelponnya.
,,Wa’alaikumsalam wr.wb, De,” jawab Mufti agak heran.
,,Maaf A’, aku mendadak telpon,” suaranya serak seperti menahan isak tangis.
,,Ada apa, De? Mm,, kamu nangis yah?”
,,Hmm, tadi pagi aku berdebat panjang dengan keluarga besarku.”
,,MasyaAllah, ada apa,De’? Ayo ceritakan. Apa ini masalah pernikahan kita?”
,,Iya,” jawab Citra singkat
,,Ada apa?” tanya Mufti mulai tak bersemangat.
,,Ayah, Ibuku tidak setuju kalau resepsi kita diadakan di rumah. Mereka mau kalau resepsi kita diadain di gedung, A’. Mereka ingin mengundang teman-teman mereka, saudara-saudara di kampung, dan semua temanku hadir dalam resepsi kita. Sebenarnya aku malu banget ngomong kayak gini ke kamu, A’. Aku sudah memberi pengertian kepada mereka dan meluruskan pandangan mereka tentang walimatul ‘ursy (resepsi pernikahan) dalam Islam. Dan sebenarnya, masalah ini sudah dipermasalahkan oleh mereka sebulan yang lalu, cuma aku sulit mengutarakannya ke kamu, A’,” ungkap Citra dengan isakan tangis.

Mufti membayangkan wajah calon wanitanya itu dipenuhi dengan cucuran air mata. Ia sadar bahwa ia tidak cukup biaya untuk mengadakan pesta besar-besaran. Hatinya hancur dan tak mampu ia ucapkan penjelasan panjang lebar.

,,De’, aku akan coba bicara dengan orang tuamu dan menjelaskan segalanya. Kamu yang tenang yah.”

Namun, hari itu memang hari buruknya, Allah SWT berkehendak lain, keluarga Citra tidak bisa menerima penjelasan Mufti. Keluarga Citra tetap bersikeras untuk mengadakan resepsi di gedung mewah daerah strategis di Jakarta. Mereka ingin sebagian dari biaya Walimatul ‘Ursy dibiayai oleh Mufti dan keluarga. Keluarganya menelpon dan memberitahukan kabar sedih atas penolakan keluarga Citra. Ia dan keluarganya tidak menyangka bahwa mereka menggagalkan acara pernikahan hanya karena perbedaan pendapat mengenai acara resepsi pernikahan.

Hilanglah sudah harapan Mufti untuk menikah dengan wanita impiannya itu. Ia meminta maaf kepada Citra karena ketidakmampuannya untuk mempertahankan rencana indah mereka. Sudah sekian kalinya, Allah SWT berkehendak lain dengan niat sucinya itu. Namun, ibunya menasehatinya bahwa pria yang baik hanya untuk wanita yang baik, menikahi seseorang bukan saja menikahi orang itu, namun juga menikahi keluarganya.
Setelah mendengarkan nasehat dari ibunya, ia mulai menanamkan pikiran positif dan berprasangka baik kepada Allah SWT. Ia yakin, ia akan menemukan wanita yang menjadi pilihan-Nya. Ia meluruskan niat untuk menikah karena Allah SWT, membentuk keluarga yang sakinah, mawadah, dan rahmah, yang selalu diridhoi Allah SWT. Harapan itu masih ada.

***

Aisha tidak melarutkan diri dalam kesedihan. Ia percaya bahwa Allah SWT akan memberikan pendamping terbaik untuk pangeran pujaannya. Ia berlatih biola dengan sunguh-sungguh agar ia dapat tampil sempurna di acara pernikahan itu. Ia ingin memberikan persembahan terbaik dari tangan lentiknya itu.

,,Sha!!, Astaga Sha!!,” suara Ira membuyarkan konsentrasi Aisha.
,,A,,ada apa, Ra?,” tanya Aisha cemas.
,,MasyaAllah Sha,, aku gak tau harus sedih atau senang dengan kabar ini!”
,,Apa Ra?! Ada apa?!”
,,Kak Mufti, Sha..”
,,MasyaAllah Ra, ada apa dengan kak Mufti, Ra?”
,,Duh Sha, gimana ya? Kak Mufti gagal merit!”
,,Haah?? Apa?? Kamu gak main-main kan, Ra?”
,,Aku serius, Ra. Tadi pagi, temanku yang kerja di penerbit cerita, Sha. Dia dapet undangan dari kak Mufti dan kak Mufti sendiri yang telpon minta maaf ke dia karena pernikahannya batal.”

Aisha diam membisu, yang ada di pikirannya hanyalah pertanyaan mengapa hal seperti itu bisa terjadi.
,,Aku sedih, Ra. Kasian kak Mufti,” ucapnya memecahkan keheningan. Setitik air mata meleleh dari bola matanya yang indah. Ia tidak menyangka bahwa hal ini terjadi pada pangeran impiannya.
,,Iya Sha, kasian dia. Kamu bukannya senang, Sha?”
,,Huusss.. Astagfirullah Ira, aku sama sekali gak senang, Ra. Aku malah prihatin dengannya saat ini”
,,Tapi yah, Sha. Temanku bilang, kak Mufti mau cari calon lagi. Emang udah niat nikah sih, Sha. Subhanallah.. Hmm,,,”
,,Oh ya? Subhanallah, dia lurusin niatnya yah, Ra. Lalu?”
,,Kalau aku ta’arufin sama kamu, gimana Sha?”
,,Ngaco kamu! Mana ada pria yang sudi nerima wanita cacat kayak aku?”
Ira terdiam memikirkan jawaban sahabatnya itu. Ia merasa sedikit bersalah dengan tawarannya itu. Namun ia tetap berniat mencoba untuk mengenalkannya pada Imam Al-Hakim melalui temannya.

***

,,Kamu serius mau dicarikan, Muf?,” tanya Ivan, pria muda bersuara halus itu.
,,Iya, Van. InsyaAllah minggu depan aku sudah tiba di Indonesia dan aku siap,” jawab Mufti tegas.
,,Hmm, ada sih, Muf, cuma…” lanjut Ivan ragu.
,,Cuma apa, Van?,” tanya Mufti penasaran.

Ivan menjelaskan semua yang ia tahu mengenai wanita yang hendak ia kenalkan. Infromasi ini ia dapatkan dari teman baik yang menjadi sahabat wanita itu. Tidak ada yang ia tutupi dari informasi tentang kehidupan wanita tersebut, termasuk kebutaannya sejak kecil, kecuali kekaguman wanita itu jauh sebelum Mufti mengenalnya.
Mufti meminta Ivan untuk menunggu jawaban atas kesediaannya untuk taaruf dengan wanita itu. Ia bermaksud untuk meminta petunjuk Sang Khalik melalui sholat istikharah agar mendapatkan keputusan terbaik.

***

,,Aku siap, Van!,” tegas Mufti singkat.
,,Subhanallah,” respon Ivan tersenyum.

Ivan segera menghubungi Ira untuk segera memberitahu Aisha tentang niat tulus sobat karibnya itu. Ira tak kuasa menahan haru atas ketulusan hati Mufti untuk bertaaruf dengan sahabatnya itu. Ia bergegas mengajak Aisha ke sebuah kedai kopi di bilangan Dago pada hari ahad yang telah mereka rencanakan sebelumnya. Aisha belum mengetahui maksud Ira sewaktu mengajaknya ke sebuah kedai kopi. Aisha tampak cantik sekali hari itu. Ia mengenakan rok rample dengan hiasan bunga di pinggirnya dan memakai sedikit make up. Ira sengaja mendandaninya dengan make up minimalis hari itu.

Aisha dan Ira sudah menunggu sepuluh menit lewat dari waktu yang direncanakan. Ira merasa gugup dan berpikir Mufti membatalkan rencananya. Tiba-tiba ia dikagetkan oleh suara pria yang berasal dari arah belakang,

,,Assalamualaikum,” sapa pria yang tak lain adalah Mufti Ramandha.
,,Wa’alaikumsalam,” jawab kedua wanita itu bersamaan.
,,Maaf, siapa ya?” tanya Aisha kaget dan heran.
,,Sha, maaf, aku gak ngomong dulu ke kamu, aku mau kenalin kamu ke temanku,” jelas Ira akhirnya.
,,Kenalan?” tanya Aisha masih heran.
,,Iya, ada yang mau berkenalan denganmu, Sha,” jelas Ira lagi.
,,Oooh,, siapa?,” tanya Aisha kemudian.
,,Aisha, aku Ivan. Sebelumnya maaf, aku gak bilang dulu ke kamu. Ada temanku yang ingin mengenalmu lebih jauh. Orangnya sudah ada di depanmu,” jelas Ivan selanjutnya.
Mendengar nama “Ivan”, Aisha langsung menduga kalau orang yang di depannya itu teman Ira yang bekerja di perusahaan penerbit. Jantungnya mendadak berdetak lebih cepat dari biasanya.
,,Mm..Aisha, maaf sebelumnya, terlalu mendadak, mm.. perkenalkan, saya Mufti Ramandha,” ucap Mufti memulai perkenalannya.
Aisha tak mampu mengucapkan sepatah katapun, tangannya langsung meraih tangan sahabatnya dan Ira merasakan kegugupan Aisha. Tangannya sedingin es dan bibirnya kaku seperti patung yang baru dipahat. Ia menunduk malu mendengar penuturan Mufti.
,,Ya, saya Aisha Vikardia,” ucap Aisha akhirnya mengeluarkan sepatah kata.
,,Saya sudah banyak mendengar banyak tentangmu dari Ivan, mungkin kamu belum banyak tau tentang saya. Hmm, saya baru menyelesaikan program Doktor di Rusia, Sha. Kepulangan saya ke Indonesia bertujuan untuk mengkontribusikan ilmu saya sekaligus mencari pendamping hidup. Saya anak pertama dari tiga bersaudara. Saya berasal dari keluarga yang sederhana.”

Semua penjelasan dari Mufti sudah Aisha ketahui dari dulu, namun ia enggan mengatakannya. Aisha terus menundukkan kepalanya, ia malu karena hal ini terjadi tiba-tiba.

,,Hmm.. Aisha, ada yang ingin kamu tanyakan?” tanya Mufti.
Kemudian Aisha menanyakan apa tujuan menikah dan bagaimana cara Mufti membimbing keluarganya kelak. Jawaban Mufti sangat cocok dengan Aisha dan Muftipun menanyakan hal yang serupa.
,,Oke, sampai sini dulu aja ya kenalannya,” ucap Ivan menengahi.
,,Iya, Ivan dan Mufti tolong beri kabar selanjutnya yah,” pinta Ira mengakhiri.

Mufti mengangguk setuju.

***

“Ya Allah, apa yang sebenarnya Engkau rencanakan untukku? Apa iya, pria itu akan menerima kekuranganku ini?”

Aisha melamun di atas kasurnya dan terus bertanya-tanya dalam hati. Tiba-tiba suara ketukan pintu depan memecahkan lamunannya. Suara pria yang ia kenal terdengar dari arah depan. Aisha jalan perlahan ke arah pintu depan dan membuka pintu perlahan.

,,Assalamualaikum,” suara seorang pria.
,,Waalaikumsalam, kak Mufti yah?,” tanya Aisha mengenali suara pria itu.
,,Iya Sha, maaf aku datang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Aku ingin bertemu kakekmu untuk mengutarakan maksudku.”
Aisha kaget mendengar kalimat yang diucapkan Mufti tadi. Tanpa merespon ucapannya, ia langsung mempersilahkan tamunya masuk dan segera memanggil kakeknya. Setelah bertemu dengan kakek, Mufti mengutarakan maksud untuk meminang Aisha. Kakek yang sudah tidak mampu banyak bicara, hanya memberikan petuahnya dengan singkat dan tersenyum senang. Aisha hanya menunduk malu ketika Mufti menyatakan keseriusannya dan akan melamarnya minggu depan.

Aisha mengantarkan Mufti sampai halaman depan dan kemudia ia bertanya,
,,Kak Mufti, boleh tanya?,” izin Aisha.
,,Silahkan, De’,” jawab Mufti.
,,Hmm, kakak kenapa pilih aku? Aku gak bisa lihat,kak. Aku juga berasal dari keluarga biasa,”
,,Aku memilihmu karena Allah SWT. Bagiku, kecantikan seorang wanita hanya bisa diukur dari akhlaqnya. Aku sudah menemukannya dari dirimu, De’. Aku ikhlas menerimamu apa adanya,” jelas Mufti sambil tersenyum.
,,Terima kasih kak! Aku gak nyangka ternyata ada yang bisa terima aku apa adanya,” ungkap Aisha dengan tetesan air mata di wajahnya.
,,Jangan sedih, De’, aku menerima dirimu apa adanya dan insyaAllah niat suci kita membawa berkah. Amiin,”
,,Amiin,” jawab Aisha tersenyum.

***

Sebulan kemudian mereka menikah dengan pesta pernikahan yang sederhana. Walimatul Urs’y yang diadakan sesuai dengan kemampuan mereka dan tidak memaksakan diri. Aisha tersenyum bahagia, wajahnya merona merah dan semerbak harum bunga melati menghiasi acara pernikahannya. Tidak lama dari hari pernikahannya, Mufti mendapatkan pekerjaan sebagai seorang dosen di salah satu universitas negeri di Jakarta. Dengan uang yang dikumpulkannya, ia pun mengajak istrinya untuk melakukan operasi kornea. Operasi itu berjalan dengan lancar.

,,Aisha, istriku, perlahan-lahan buka perbannya yah,” perintah suami Aisha.
,,Iya kak,” jawab Aisha.
Ia membuka balutan perban yang mengelilingi matanya dan perlahan-lahan membuka kedua matanya. Kemudian berkata pelan,
,,Kak Mufti, Subhanallah,”
,,Alhamdulillah,” sahut Mufti senang.

Sunday, May 2, 2010

Gara-gara Cerita Hantu

Kisah ini berawal dari rasa ketakutan yang berlebihan dari seorang gadis setelah dirinya mendengar kisah-kisah Hantu. Ckckckckckkckk…
Waktu menunjukkan pukul 7 malam, di ruangan auditor

Saya : Eh Ray, gimana deh cerita hantu di perusahaan itu? Ceritain dong!
Ray : Ya gitu deh Lyd, gw pernah denger dari karyawan-karyawan perusahaan itu siy.
Saya : Iya, lo kan pernah cerita keg w, tapi cerita lebih lengkap dong! Heheheee…
Ray : Jadi, di sana itu dulu ada pegawai perempuan di sana, namanya Meni.
Saya : Hiii,,,
Ray : Hahahaa,, trus.. dia itu diperkosa, dihamilin, cowoknya kabur, gak mau tanggung jawab.
Saya : Ya ampun, parah!!
Ray : Nah hamil kan tuh si Meni, karena ditinggalin gitu, dia gantung diri di gudang
Saya : Ya Allah Ray, merinding gw..
Ray : Hahaa,, nah, semenjak itu hantunya gentayangan, parahnya,, tau gak sih lo Lyd?
Saya : Apaan?
Ray : Si mba Meni itu datengnya siang-siang, gangguin pekerja-pekerja pria di sana
Saya : Serius lo?? Parah!!
Ray : Iya Lyd, di perusahaan itu kan isinya buruh cowok semua. Pernah ada yang liat, ada cewe pake baju putih lewat tengah hari bolong.
Saya : Hiiiiii… terus terus?? Kasian dong mereka, ga salah apa2, malah diganggu..
Ray : Nah makanya, gara2 buruh-buruh sering dikunjungin tuh hantu, dipanggil deh ulama, pendeta, biksu… hahaha..
Saya : waaahahaha.. serius lo?
Ray : Iya Lyd.. hahahhaa..
Saya : Trus,, ilang gak tuh si Meni?
Ray : Katanya siy dah gak gangguin lagi..
Saya : Baguslah klo begitu… hihihi…
Ray : Iya

1 jam kemudian,,

Saya : Ray, gw ke kamar mandi dulu ya
Ray : Oke

Satu-satunya toilet di gedung klien yang satu ini teeletak di lantai 2. Lorong lantai 2 sangat sepi karena para pegawai sudah pulang. Mereka yang tidak bisa pulang cepat (Sedih) saat high season (Desember-Maret) adalah auditor. Entah kapan saya resign..
Langkah kaki yang terdengar di lorong itu hanya langkah kaki saya. Tidak ada yang lain. Entah mengapa, dari dulu sampai sekarang, setelah denger2 cerita hantu, pasti cerita itu selalu terbayang2 bahkan menciptakan wujud hantu di pikiran saya.. Pusing
Di kamar mandi, karena sedikit terbayang2 dengan cerita tadi, saya sedikit merinding dan ingin segera secepatnya keluar dari kamar mandi. Selesainya, saya segera membuka pintu kamar mandi, tapi entah kenapa pintunya tidak bisa terbuka… toooooooolllllllongggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg…..

Akhirnya, dengan wajah pucat, panik gak karuan, saya terus-terusan membuka gagang pintu kamar mandi,,tidak bisa terbuka juga, lalu sambil berteriak,,
‘Ya Allah,, gimana nih!! Ya Allah,,, Allahu Akbar,,, Aduuuhhh,,, Kenapa nih??!! Astagfirullahaladzim,,Ya Allah!!’ dan hampir teriak, “tollooonggg!!”
Saya menggoyang-goyangkan pintu kmar mandi terus menerus dari atas ke bawah sampai pada saatnya saya baru menyadari bahwa saya belum memutar kunci di bawah gagang pintu, saudara-saudara…. Sungguh, ter-la-lu…… Hahhaaahaaa.. :D
 
Copyright © Catatan Pianissimo. All rights reserved.
Blogger template created by Templates Block| Blogger Templates
Start My Salary | Designed by Santhosh